Minggu, 10 April 2011

Thresher


Makalah MP II

 

 

THRESHER

 

 

 OLEH :

Kelompok 7

1.      RISKY MUNANDAR    ( 0805106010026 )

2.      REFLI SAFRIZAL        ( 0805106010025 )

3.      MHD. SHILAHUDDIN ( 0805106010031)

4.      MUDASIR                       ( 0805106010034 )

5.      FAHRURRAZI               ( 0805106010030)

 













FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAHKUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2011
BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Penanganan pasca panen padi me-rupakan upaya sangat strategis dalam rangka mendukung peningkatan pro-duksi padi.  Konstribusi penanganan pasca panen terhadap peningkatan produksi padi dapat tercermin dari penurunan kehilangan hasil dan ter-capainya mutu gabah/ beras sesuai persyaratan mutu.
Dalam penanganan pasca panen padi, salah satu permasalahan yang sering dihadapi adalah masih kurangnya kesadaran dan pemahaman petani terhadap penanganan pasca panen yang baik sehingga mengakibatkan masih tingginya kehilangan hasil dan rendahnya mutu gabah/beras.  Untuk mengatasi masalah ini maka perlu dilakukan penanganan pasca panen yang didasarkan pada prinsip-prinsip Good Handling Practices (GHP) agar dapat menekan kehilangan hasil dan mempertahankan mutu hasil gabah/ beras. 
Sehubungan dengan hal di atas, dalam rangka memberikan panduan penanganan pasca panen yang baik kepada petani dan pelaku pasca panen lainnya telah disusun pedoman pe-nanganan pasca panen yang didasarkan pada prinsip-prinsip Good Handling Practices (GHP).  Dengan adanya pedoman ini diharapkan petani dapat melakukan penanganan pasca panen padi sesuai prinsip-prinsip GHP se-hingga mampu menghasilkan gabah/ beras yang memenuhi persyaratan mutu dan kemanan pangan.

B. Tujuan Makalah
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memberikan panduan kepada para petani dan pelaku pasca panen lainnya agar dapat melakukan cara-cara penanganan pasca panen padi yang berdasarkan prinsip-prinsip Good Handling Practices (GHP) sehingga petani dapat :
1)      Menekan tingkat kehilangan hasil padi.
2)      Memproduksi gabah/beras sesuai persyaratan mutu (SNI).














BAB II
PERMASALAHAN


A. ALAT DAN MESIN PANEN PADI
  Pemanenan padi harus menggunakan alat dan mesin yang memenuhi persyaratan teknis, kesehatan, ekonomis dan ergo-nomis. Alat dan mesin yang digunakan untuk memanen padi harus sesuai dengan jenis varietas padi yang akan dipanen. Pada saat ini, alat dan mesin untuk memanen padi telah berkembang mengikuti berkembangnya varietas baru yang dihasilkan. Alat pemanen padi telah berkembang dari ani-ani menjadi sabit biasa kemudian menjadi sabit bergerigi dengan bahan baja yang sangat tajam dan terakhir telah diintroduksikan reaper, stripper dan combine harvester.  Berikut ini adalah cara-cara pemanen padi dengan menggunakan ani-ani, sabit biasa/bergerigi, reaper dan stripper.

B. PERONTOKAN
Kegiatan perontokan padi dilakukan setelah kegiatan panen menggunakan sabit atau alat mesin panen (reaper). Kegiatan perontokan ini dapat dilakukan secara tradisional (manual) atau menggunakan mesin perontok. Secara tradisional kegiatan perontokan akan menghasilkan susut tercecer yang relatif besar, mutu gabah yang kurang baik, dan membutuhkan tenaga yang cukup melelahkan. Mesin perontok dirancang untuk mampu memperbesar kapasitas kerja, meningkatkan effisiensi kerja, mengurangi kehilangan hasil dan memperoleh mutu hasil gabah yang baik. Bermacam – macam jenis dan merk mesin perontok padi dapat dijumpai di Indonesia, mulai dari yang mempunyai kapasitas kecil, sedang, hingga kapasitas besar. Berbagai macam jenis mesin perontok padi (Thresher), yaitu :
1. Pedal Thresher (Thresher Semi Mekanis)
2. Power Thresher (Thesher Mekanis)
Perontokan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah pemotongan, penumpukan dan pengum-pulan padi.  Pada tahap ini, kehilangan hasil akibat ketidaktepatan dalam melakukan perontokan dapat mencapai lebih dari 5 %.  Cara perontokan padi telah mengalami perkembangan dari cara digebot menjadi menggunakan pedal thresher dan power thresher. 
1)   Perontokan padi dengan cara digebot                 
Gebotan merupakan alat perontok padi tradisionil yang masih banyak digunakan petani. Bagian komponen alat gebotan terdiri dari:
(a)    Rak perontok yang terbuat dari bambu/kayu dengan 4 kaki berdiri di atas tanah, dapat dipindah-pindah.
(b)   Meja rak perontok terbuat dari belahan bambu/kayu membujur atau melintang dengan jarak renggang 1 – 2 cm.
(c)    Di bagian belakang, samping kanan dan kiri diberi dinding penutup dari tikar bambu, plastik lembaran atau terpal sedangkan bagian depan terbuka.
Berikut ini cara perontokan padi dengan alat gebot :
(a)    Malai padi diambil secukupnya lalu dipukulkan/digebot pada meja rak perontok ± 5 kali dan hasil rontokannya akan jatuh di terpal yang ada di bawah meja rak perontok.
(b)   Hasil rontokan berupa gabah kemudian dikumpulkan.
Gambar 8. Perontokan padi dengan cara gebot
2)   Perontokan padi dengan pedal thresher                      
Pedal thresher merupakan alat perontok padi dengan konstruksi sederhana dan digerakan meng-gunakan tenaga manusia.  Ke-lebihan alat ini dibandingkan dengan alat gebot adalah mampu menghemat tenaga dan waktu, mudah diperasikan dan mengurangi kehilangan hasil, kapasitas kerja 75 – 100 kg per jam dan cukup dioperasikan oleh 1 orang.  Bagian komponen pedal thresher terdiri dari :
(a)      Kerangka utama terbuat dari kayu kaso atau pipa besi dengan ukuran keseluruhan unit bervariasi, biasanya 120 cm x 120 cm.
(b)     Silinder perontok terbuat dari lepengan papan berjajar berkeli-ling membentuk silinder dengan diameter 36 – 38 cm dan lebar 42 – 45 cm. Di sisi kiri dan kanan ditutup dengan pipa bulat setebal 2 – 3 cm. Pada lempengan papan tersebut ditancapkan gigi perontok yang terbuat dari kawat baja berbentuk huruf V terbalik. Ukuran lempengan kayu, tebal 10 – 15 mm, lebar 90 mm dengan jarak antar lempengan 15 mm. Tinggi perontok ± 50 mm dengan lebar kaki-kaki sebesar 25 mm dengan jarak antar gigi 40 mm. Jumlah gigi perontok pada satu lempengan 10 buah dan jumlah lempengan papan 12 buah. Cara pemasang-an gigi perontok 20 mm diberi bantalan ball bearing yang posisinya duduk pada rangka utama.
(c)      Unit transmisi tenaga melalui rantai sepeda dan spocket yang prinsip kerjanya sama seperti mesin jahit.
(d)     Tutup penahan gabah terbuat dari lembaran plastik atau terpal dengan ukuran > 0 cm x 40 cm x 35 cm. Bagian ini dapat dilepas dari kerangka utama.
Penggunaan pedal thresher dalam perontokan dapat menekan kehilangan hasil padi sekitar 2,5 %. Berikut ini cara perontokan padi dengan pedal thresher :
(a)   Pedal perontok diinjak dengan kaki naik turun.
(b)   Putaran poros pemutar memutar silinder perontok.
(c)    Putaran silinder perontok yang memiliki gigi perontok dimanfaatkan  dengan memukul gabah yang menempel pada jerami sampai rontok.
(d)   Arah putaran perontok berlawanan dengan posisi operator (men-jauh dari operator).
Gambar 9. Perontokan padi dengan pedal thresher

3)   Perontokan padi dengan power thresher                      
Power thresher merupakan mesin perontok yang menggunakan sumber tenaga penggerak engine.  Kelebihan mesin perontok ini dibandingkan dengan alat perontok lainnya adalah kapasitas kerja lebih besar dan efisiensi kerja lebih tinggi.  Bagian komponen power thresher terdiri dari:
(a)    Kerangka utama terbuat dari besi siku, uk. 40 mm x 40 mm x 4 mm dan plat lembaran baja lunak tebal 1 – 3 mm, merupakan kedudukan komponen lainnya.
(b)   Silinder perontok terbuat dari besi strip dengan diameter berjajar berkeliling membentuk silinder dengan diameter 30 – 40 cm dan lebar 40 – 60 cm. Di sisi kiri dan kanan ditutup dengan lembaran bulat tebal 2 – 3 mm. Pada besi strip yang melintang tersebut terpasang gigi perontok yang terbuat dari besi as baja 10 mm, panjang 50 – 60 mm diperkuat dengan mur. Jumlah gigi perontok 30 – 88 buah. Diameter poros perontok 25 mm, pada kedua ujung poros diberi bantalan ball bearing yang posisinya duduk pada kerangka utama.
(c)    Dalam ruang silinder terdapat sirip pembawa, saringan perontok dan pelat pendorong jerami. Sirip pembawa terletak di bagian atas silinder perontok, terletak menempel pada tutup atas perontok. Sirip ini mengarah ke pintu pengeluaran jerami di sebelah belakang mesin perontok. Terbuat dari plat lembaran dengan tebal 1 – 2 mm. Jaringan perontok terletak di sebelah bawah silinder perontok, terbuat dari kawat baja atau besi baja 0,6 – 8 mm bersusun menjajar, membentuk setengah lingkar-an, jarak antar besi baja adalah 18 – 20 mm dan jarak antara ujung gigi perontok dan jaringan minimal 15 mm. Pelat pendorong jerami terpasang pada silinder perontok yang tak terpasang gigi perontok. Bagian ini terbuat dari besi plat tebal 2 – 3 mm denngan ukuran 15 – 15 mm.
(d)   Ayakan terletak di sebelah bawah saringan perontok, ukuran ayakan 45 mm x 390 mm, terbuat dari plat lembaran tebal 1,5 – 2 mm. Ayakan terdiri dari 2 tingkat. Bagian atas berlubang-lubang dengan ukuran 13 mm x 13 mm dan bagian bawah rata. Ayakan ini bergerak maju mundur dan naik turun melalui sitem as nocken.
(e)    Kipas angin terbuat dari plastik dengan jumlah daun kipas 5 – 7 buah.
(f)    Unit transmisi tenaga, melalui puller dan V belt dari motor penggerak silinder perontok, kipas angin dan gerakan ayakan type V belt yang digunakan adalah tipe B. Putaran silinder perontok untuk merontokan padi adalah 500 – 600 RPM.
Penggunaan power thresher dalam perontokan dapat menekan kehilangan hasil padi sekitar 3 %. Berikut ini cara perontokan padi dengan power thresher :      
(a)    Pemotongan tangkai pendek disarankan untuk merontok dengan mesin perontok tipe “throw in” dimana semua bagian yang akan dirontok masuk ke dalam ruang perontok.
(b)   Pemotongan tangkai panjang disarankan untuk merontok secara manual denngan alat atau mesin yang mempunyai tipe “Hold on” dimana tangki jerami dipegang, hanya bagian ujung padi yang ada butirannya ditekankan kepada alat perontok.
(c)    Setelah mesin dihidupkan, atur putaran silinder perontok sesuai dengan yang diinginkan untuk merontok padi
(d)   Putaran silinder perontok akan mengisap jerami padi yang di-masukkan dari pintu pemasuk-kan.
(e)    Jerami akan berputar-putar di dalam ruang perontok, tergesek terpukul dan terbawa oleh gigi perontok dan sirip pembwa menuju pintu pengeluaran jerami.
(f)    Butiran padi yang rontok dari jerami akan jatuh melalui saringan perontok, sedang jerami akan terdorong oleh plat pendorong ke pintu peng-eluaran jerami.
(g)   Butiran padi, potongan jerami dan kotoran yang lolos dari saringan perontok akan jatuh ke ayakan dengan bergoyang dan juga terhembus oleh kipas angin.
(h)   Butiran hampa atau benda-benda ringan lainnya akan tertiup terbuang melalui pintu pengeluaran kotoran ringan.
(i)     Benda yang lebih besar dari butiran padi akan terpisah melalui ayakan yang berlubang, sedangkan butir padi akan jatuh dan tertampung pada pintu pengeluaran padi bernas.
Gambar 10. Perontokan padi dengan power thresher







BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
            Setelah membaca isi pada makalah diatas, maka kami kesimpulan, antara lain sebagai berikut:dapat mengambil berapa buah
  • Kegiatan perontokan padi dilakukan setelah kegiatan panen menggunakan sabit atau alat mesin panen (reaper). Kegiatan perontokan ini dapat dilakukan secara tradisional (manual) atau menggunakan mesin perontok. Secara tradisional kegiatan perontokan akan menghasilkan susut tercecer yang relatif besar, mutu gabah yang kurang baik, dan membutuhkan tenaga yang cukup melelahkan.
  • Gebotan merupakan alat perontok padi tradisionil yang masih banyak digunakan petani.
  • Pedal thresher merupakan alat perontok padi dengan konstruksi sederhana dan digerakan meng-gunakan tenaga manusia. Ke-lebihan alat ini dibandingkan dengan alat gebot adalah mampu menghemat tenaga dan waktu, mudah diperasikan dan mengurangi kehilangan hasil, kapasitas kerja 75 – 100 kg per jam dan cukup dioperasikan oleh 1 orang. 
  • Power thresher merupakan mesin perontok yang menggunakan sumber tenaga penggerak engine.  Kelebihan mesin perontok ini dibandingkan dengan alat perontok lainnya adalah kapasitas kerja lebih besar dan efisiensi kerja lebih tinggi.

1 komentar: